On Senin, 14 Januari 2013

        Guru madrasah merupakan pekerjaan mulia. Ia sebagai sosok yang dapat menjadi suri tauladan bagi peserta didiknya. Karena itulah diperlukan karakter seorang guru yang baik sesuai tuntunan Al qur’an dan sunnah. Guru madrasah yang seperti inilah dapat mengajarkan ilmu dan amalnya secara totalitas sehingga pembelajaran semakin  optimal.
Karakter guru madrasah yang sesuai Al Qur’an dan Sunnah diantaranya : mengikhlaskan ilmu yang diajarkannya, kejujuran, kesesuain kata dan perbuatan, adil 7 egaliter, sopan santun, ketawadhuan, keberanian, penuh canda, sabar dna menahan amarah, menghindari ucapan kotor dan keji serta meminta bantuan orang lain.
Dari karakter guru madrasah yang sudah terbentuk sesuai Al Qur’an dan Sunnah ini diharapkan dapat memberikan nuansa baru dalam membentuk karakter anak didik yang lebih baik dimasa datang. Sehingga mereka tidak kehilangan figur yang dapat ditiru dan diteladani dalam bersikap, amal dan perbuatan di kehidupan mereka. 
Kata kunci : karakter, guru madrasah, Al Qur’an, Sunnah
A.      PENDAHULUAN
Tidak ada pekerjaan yang lebih mulia dari pada pekerjaan sebagai guru atau pengajar. Pekerjaan guru mengajarkan ilmu yang bermanfaat  bagi anak didiknya di madrasah , tentunya diperlukan keikhlasan. Jika guru  madrasah mengikhlaskan amalnya karena Allah swt, maka akan memberikan manfaat kepada anak didiknya serta dengan amalnya itu  mengajarkan kebaikan kepada mereka.
Tugas guru madrasah  tidak terbatas pada penyampaian materi kepada anak didik. Akan tetapi, guru haruslah memiliki tugas yang sulit dan berat, namun sekaligus mudah bagi  mereka yang dimudahkan oleh Allah  swt. Dalam melaksankan tugasnya ini seorang guru madrasah dituntut memiliki karakter yang baik sehingga dapat menjadi tauladan bagi anak didiknya. Diantara karakter yang harus dimiliki oleh seorang guru  haruslah mengacu pada Al Qur’an dan Sunnah, diantaranya sabar, amanah, ikhlas, dan penuh  perhatian kepada orang-orang yang didiknya. Dari karakter guru inilah diharapkan mampu mempengaruhi perkembangan jiwa dan perilaku peserta didik menjadi lebih baik di masa yang akan datang.
B.      KARAKTER GURU MADRASAH SESUAI AL QURAN DAN SUNAH
Figur seorang guru madrasah sangat menentukan terhadap pembentukan jiwa peserta didik. Sudah barang tentu diperlukan karakter guru yang memberikan keteladan bagi anak didik,  sehingga nantinya mereka dapat mencontoh dan meniru karakter guru yang baik. Adapun karakter guru yang baik seuai Al Qur’an dan sunnah diantaranya sebagai berikut :
1.        Mengikhlaskan Ilmu kepada Allah
Seorang guru madrasah diharapkan memiliki karakter mengikhlaskan ilmu dan amal yang dilakukan hanya kepada Allah. Jika ilmu yang diajarkan tidak ikhlas sehingga yang memiliki dan yang mengajarkannya tidak bisa mengambil manfaat apa-apa. Hal ini karena pelakunya tidak mengikhlaskan ilmu dan amalnya  dan tidak menjadikannya di jalan Allah. Tujuan mereka semestinya memberikan manfaat bagi  saudara sesama muslimnya dengan ilmu, pengetahuan dan amalnya.  Namun tujuan itu dapat menjadi tergeser untuk mendapatkan kedudukan, pangkat dan sejenisnya.  Memang benar bahwa terkadang mereka bisa mengambil manfaat dengan ilmu pengetahuannya di dunia  berupa pujian sanjungan dan sejenisnya. Namun semua itu akhirnya akan hilang.
Menurut hadits diriwayatkan Abu Hurairah r.a, Nabi s.a.w. bersabda :
‘Seorang laki-laki yang mempelajari suatu ilmu  dan membaca Al Qur’an dibawa dan ditampakkan kepadanya nikmat-nikmatnya. Dan ia mengenalnya. Kemudian ia ditanya, ‘ Apa yang telah kamu perbuat sehingga mendapatkan nikmat-nikmat itu?’ Ia menjawab, “Aku telah mempelajari suatu ilmu dan mengajarkannya. Dan aku telah membaca Al Qur’an demi kamu.” Kata Allah, “ kamu bohong. Kamu mempelajari ilmu supaya kamu dipanggil alim. Dan kamu membaca Al Qur’an supaya disebut qari”. Sungguh telah dikatakan , “Kemudian diperintahkan kepadanya lalu di seret dengan muka di tanah, hingga kemudian dilemparkan ke neraka”.
Oleh karena itu sudah sepatutnya para guru madrasah menanamkan karakter mengikhlaskan ilmu dan amal kepada Allah, serta mencari pahala dan balasan dari Allah ke dalam jiwa anak-anak didik mereka. Kemudian jika mendapatkan pujian dan sanjungan dari orang-orang, maka itu adalah anugerah dan nikmat dari Allah yang patut disyukuri.
2.       Kejujuran
Sesungguhnya jujur bagi seorang guru adalah mahkota yang , menghiasi kepalanya. Jika ia kehilangan sifat jujur, maka ia kehilangan kepercayaan manusia terhadap ilmu dan pengetahuan yang disampaikannya kepada mereka. Jika mereka mengetahui kebohongan gurunya dalam beberapa hal, maka akan berimbas langsung kepadanya dan menyebabkan jatuhnya di depan murid-muridnya.
Allah sangat memuji orang-orang mukmin yang jujur seperti dalam firman-Nya, “ Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah kamu bersama orang-orang yang sabar.” (At Taubah : 119). Seorang guru madrasah yang jujur akan membawa kebaikan dan mengantarkannya masuk ke dalam surga, seperti sabda Rasulullah, “ Sesungguhnya jujur membawa kepada kebaikan. Dan kebaikan akan membawa ke surge. Ada orang yang jujur dan selalu bersikap jujur, hingga ditulis di sisi Allah sebagai orang yang selalu jujur. Dusta membawa kepada perbuatan keji. Dan perbuatan keji membawa ke neraka. Ada orang yang berkata dusta dan senantiasa bersikap dusta sehingga di catat di sisi Allah sebagai pendusta”.
Kejujuran seorang guru madrasah membuat peserta didik percaya kepadanya dan kepada apa yang ia ucapkan. Hal itu juga menyebabkannya dihormati di kalangan para guru dan mengangkat harga dirinya dalam pekerjaannya itu. Kejujuran seorang guru madrasah tampak dalam pelaksanaan tugas yang diembannya, diantaranya adalah mentransformasi pengetahuan secara utuh dilengkapi fakta dan bukti kepada generasi yang akan datang. Apabila seorang guru tidak bersikap jujur, maka ia akan mentransformasikan  ilmu secara tidak lengkap dan sepotong, fakta dan bukti yang diungkap berbeda dengan deskripsi yang seharusnya.
3.       Kesesuaian Perkataan dan Perbuatan.
Seorang guru madrasah adalah orang pertama yang harus melaksanakan apa yang akan diperintahkan kepada anak didik. Hal tersebut disebabkan ia adalah sosok panutan yang akan diikuti. Para murid akan meniru perilaku karakter darinya.  Ini sesuai firman Allah s.w.t, “ Hai orang-orang yang beriman, mengapa kalian mengatakan apa yang tidak kalian perbuat? Amat besar kebencian disisi Allah bahwa kalian mengatakan apa-apa yang tiada kalian kerjakan”.
Tidak ada manfaat apapun yang dapat diambil dari seorang guru yang ucapannya berlawanan dengan perbuatannya. Ketidakkonsistenan sikap guru seperti itu, jika dilihat oleh murid hanya akan menimbulkan  kebingungan besar baginya. Manakah yang benar perkataan ataukah perbuatannya dimana saling bertentangan, serta makah yang harus diikuti.
4.       Adil dan Egaliter.
Allah swt berfirman, “Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) berlaku adil dan berbuat kebajikan, memberi kepada kaum kerabat, dan Allah melarang dari perbuatan keji, kemungkaran dan permusuhan. Dia memberi pengajaran kepadamu agar kamu dapat mengambil pelajaran”. Ayat ini menyuruh kita agar berbuat adil kepada diri sendiri dan hamba-hambanya. Termasuk seorang guru madrasah diharapkan mampu berbuat adil  terhadap murid-muridnya. Guru akan menghadapi kondisi yang beragam berkenaan murid-muridnya, baik itu berupa pembagian tugas dan kewajiban. Guru mampu memberikan nilai yang adil, tidak mengistimewakan sebagian peserta didiknya baik karena kedekatan, lebih mengenal, maupun karena sebab lainnya. Karakter seperti ini seperti ini dikatagorikan dzalim yang tidak di ridhai oleh Allah swt.
Karakter tidak adil dari seorang guru madrasah, seperti membeda-bedakan murid akan berakibat timbulnya perpecahan, ketidakharmonisan, permusuhan, dan kebencian di antara murid-murid yang ada. Selain itu, juga akan mengakibatkan terciptanya jurang pemisah yang sangat dalam  antar seorang guru dan murid yang diperlakukan berbeda dengan murid lainnya. Seorang guru harus bersikap adil terhadap murid-muridnya agar timbul rasa persaudaraan dan kecintaan di antara mereka.
5.       Sopan Santun.
Ucapan yang baik dan tindakan terpuji yang dilakukan oleh seorang guru akan membekas pada jiwa setiap orang. Hal ini juga dapat menghilangkan kebencian dan kedengkian dari hati seseorang. Ucapan yang tercermin pada wajah seseorang guru akan berdampak positif ataupun negatif  pada diri seorang murid. Hal ini disebabkan karena keceriaan dan keramahan raut muka melembutkan  jiwa dan menyenangkan  siapapun yang memandangnya.
Seperti Rasulullah merupakan gambaran manusia yang memiliki sopan santun yang sangat luhur, yang sesuai dengan firman Allah swt, “Dan sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti luhur.” Ini menggambarkan kita mencontoh perilaku beliau sebagai sosok manusia yang sopan, mudah memaafkan, penuh toleransi, lembut dan penyayang kepada umatnya.
Kesopansantunan seorang guru  madrasah merupakan sarana untuk mengajar dan mendidik anak. Karena seorang murid biasanya akan bersikap seperti sikap gurunya. Ia akan lebih meniru sikap seorang guru daripada sikap orang lain. Jika seorang guru madrasah memiliki sikap yang terpuji, maka sikapnya itu akan berdampak positif bagi muridnya. Dalam jiwanya akan terpatri hal-hal yang tidak akan dapat dilakukan mesti dengan berpuluh-puluh nasihat dan pelajaran.
6.       Ketawadhuan.
Tawadhu merupakan karakter harus merendahkan hati, utamanya di sisi Allah  sebgai wujud penghambaan , ketidaksempurnaan diri, dan lemah dihadapan-Nya. Adapun sikap rendah hati (lemah lembut) dihadapan sesama makhluk hanya boleh ditunjukkan  dihadapan orang-orang mukmin, Allah swt, berfirman , “ Yang bersikap lemah lembut terhadap orang-orag mukmin, yang bersikap keras (tegas) terhadap orang-orang kafir”. (Al Maai’dah : 54).
Seorang guru madrasah dibutuhkan memiliki karakter tawadhu ini agar sukses berhubungan dengan  Allah dan masyarakatnya. Guru dituntut dalam menyampaikan ilmu, mengajar dan menasehati, berinteraksi langsung pada muridnya dan kedekatannya dengan mereka. Jika seorang guru memiliki karakter tawadhu ini, akan memudahkan murid untuk bertanya, berdiskusi. Dengan karakter tawadhu ini membuat sang guru terhindar dari jiwa yang sombong, pemaksa dan sewenang-wenang berbuat. Ini sesuai sabda Rasulullah , “ Sesungguhnya Allah mewahyukan  agar kalian bersikap tawadhu hingga salah seorang (dari kalian) tidak berbangga diri dihadapan lainnya, dan agar salah seorang dari kalian tidak bertindak sewenang-wenang terhadap yang lain.”
Karakter tawadhu  berlawanan dengan karakter takabur. Seorang guru madrasah yang sombong tidak akan mampu mencapai tujuan pendidikan. Dengan ketakaburannya ia juga tidak akan dapat mengetahui sejauh mana hasil yang telah dicapainya. Hal ini disebabkan dirinya jauh dari para muridnya. Ia tidak dekat dengan mereka. Padahal dengan kedekatan tersebut, ia dapat mengetahui problem dan permasalahan-permasalahan yang sedang dihadapi mereka dan hal-hal apa saja yang menghambat tercapainya tujuan  pendidikan sebagaimana yang telah digariskannya.
7.       Keberanian
Keberanian yang dimaksud di sini adalah  keberanian dalam berkata-kata, keberanian untuk mengakui kesalahan dan kelemahan diri. Ini bertentangan dengan karakter seperti penipu, pengecut dan menghindar dari kesalahan, dan sebaiknya guru menghindari karakter tersebut. Sebagamana dicontohkan rasulullah  sebagai berikut :
Rafi’ bin Khudaij berkata, “Rasulullah datang ke kota madinah sedang mereka (penduduk madinah) sedang mengawinkan tanaman kurma. Ada yang menyebut sedang melakukan penyerbukan pohon kurma. Beliau kemudian bertanya. ‘Apa yang sedang kalian lakukan?’ Mereka menjawab, ‘Kami sedang melakukan hal ini’. Beliau kembali berkata, ‘ Sepertinya jika kalian tidak melakukan hal itu akan lebih baik bagi kalian’. Mereka kemudian meninggalkan pekerjaan tersebut. Hingga akhirnya hasil kurma berkurang.’ Lalu Abu Rafi’ berkata, “mereka kemudian mengadukan hal tersebut kepada rasulullah. Maka rasulullah bersabda,’ Sesungguhnya akan adalah manusia biasa. Jika aku memerintahkan kepada kalian sesutau yang berkeanan dengan agama kalian, maka ikutilah perintah itu. Akan tetapi jika aku memerintahkan kalian atas dasar pendapatku sendiri, maka sesungguhnya aku adalah manusia biasa.’ Pada sebagian riwayat lain disebutkan, ‘Kalian lebih mengetahui persoalan dunia kalian’.
Hadits ini menggambarkan Rasulullah sebagai manusia biasa, beliau mengakui kelemahan yang adab pada dirinya seorang manusia berupa kealpaan, kesalahan dan lainnya. Adapun menyangkut persoalan syariat, tidak diperkenankan adanya kesalahan pada diri beliau. Sikap ini menambah kemulian dan harkat beliau dan tidak mengurangi kedudukan beliau.
Seorang guru  madrasah dengan tugas dan sifat kemanusiannya mungkin saja akan berada diposisi seperti di atas. Jika apa yang dikatakan oleh seorang guru keliru  dalam suatu hal, kemudian ada salah seorang muridnya akan menegur kesalahannya. Dan guru tersebut ternyata memang telah keliru. Guru tersebut akan segera berterima kasih kepada muridnya dan mengakui salahannya, tanpa harus berkelit dan memutarbalikkan fakta sampai murid-muridnya itu menyakini kebenaran apa yang dikatakannya.
8.       Canda Guru kepada Murid
Abu Hurairah r.a berkata, “Orang-orang berkata “ Wahai Rasulullah, engkau mencandai kami?’. Beliau menjawab, ‘Ya akan tetapi aku tidak  mengatakan sesuatu kecuali yang benar”. Ini menggambarkan Rasulullah melakukan senda gurau  dengan muridnya. Senda gurau yang benar tentunya dilakukan sesekali saja, yaitu untuk menghibur dan menarik perhatian pendengar. Namun senda gurau tersebut tidak berlebihan dan terus menerus yang menimbulkan canda tawa yang dapat memalingkan hati dari Allah swt. Ini menghindari agar senda gurau berubah menjadi suatu yang menyakiti orang lain, menimbulkan sifat dengki, dan menjatuhkan wibawa serta kehormatan orang lain.
Dalam diri seorang guru madrasah diharapkan memiliki sifat humoris, sehingga ia sekali memasukkan anekdot dalam menyampaikan pelajarannya.  Hal ini dimaksudkan agar dapat menghindari rasa bosan dan jenuh yang sering kali muncul dalam suasana kelas disebabkan karena pelajaran yang selalu bersifat monoton. Selain itu ankedot juga dapat menyegarkan akal dari rasa lelah dalam menyerap penjelasan sang guru. Anekdot dapat memberi ruang bagi guru untuk sedikit beristirahat. Ia juga dapat menyegarkan otak dan memberikan semangat baru untuk dapat melanjutkan  proses penyerapan ilmu yang disampaikan  dan mengubah suasana kelas yang sering kali dihinggapi suasana hampa. Namun diharapkan dalam senda gurau mengucapkan ucapan kecuali kebenaran, tidak menyakiti hati dan tidak berlebih-lebihan.
9.       Sabar dan Menahan Amarah
Karakter sabar merupakan pengendalian/mencegah dan menahan diri sebagai cermin kepribadian yang sangat mulia dan jiwa dan bersih.  Ketahanan mengendalikan amarah adalah sebuah tanda kekuatan seorang guru. Kesabaran bukanlah tanda kelemahan seseorang. Terlebih lagi jika guru tersebut mampu menuntaskan apa yang ia ingin dicapai. Rasulullah pernah bersabda, “ kekuatan itu bukanlah dengan kekerasan. Akan tetapi, kekutan itu adalah otang yang dapat menguasai dirinya ketika diliputi amanah”.
Kaitannya dengan proses pendidikan, kita ketahui bahwa seorang guru madrasah pasti akan berinteraksi dengan individu-individu yang memiliki karakter beragam. Mereka  juga memiliki pola pikir yang berbeda-beda.  Diantara mereka ada yang baik dan ada pula yang lemah. Ditambah lagi dengan tugas sebagai seorang guru yang harus melakukan aktifitas pembaruan, perbaikan dan pengajaran yang terus menerus setiap harinya.  Aktifitas tersebut harus diikuti dengan problamatika  para murid yang terjadi secara terus-menerus dan tugas-tugas seorang guru lainnya.  Semua hal tersebut mengharuskan  adanya kesabaran seorang guru dalam menghadapinya. Kesabaran bukanlah barang yang mudah didapat. Akan tetapi, ia membutuhkan  latihan yang sangat panjang dari seorang  guru agar ia terbiasa, hingga sifat itu benar-benar terpatri pada dirinya.
10.   Menghindari Ucapan Kotor dan Keji.
Seorang guru merupakan sosok teladan yang diikuti jejak dan langkahnya. Dimana seorang guru diharapkan menghindari ucapan keji, umpatan, dan menghina orang lain termasuk anak didiknya. Jika karakter jelek ini ada dalam seorang guru merupakan bencana besar. Karena bagaimanapun  seorang murid akan mencontohkan gurunya. Baik  hal yang bersifat positif maupun negatif. Karakter yang harus dihindari sebagai berikut :
a.       Hinaan
Nabi saw pernah bersabda, “Seseorang itu akan dihisab dari perbuatan buruknya, yaitu orang yang menghina saudara muslimnya”. Orang yang menghina merasa dirinya lebih baik. Padahal bisa jadi orang yang dihina lebih baik dan lebih mulia dari orang yang dihina
b.      Kutukan dan Umpatan
Dari Abdullah bin Mas’ud r.a, bahwa Rasulullah pernah bersabda, “Umpatan kepada seorang muslim adalah perbuatan fasik, sedangkan membunuhnya dianggap kufur.” Hadits ini menggambarkan bahaw betapa agungnya hak seorang muslim. Orang yang yang mengumpatnya tanpa didasari dengan kebenaran dianggap sebagai perbuatan fasik.
c.       Ucapan Keji dan Kotor
Dari Abdullah bin Mas’ud, bahwa Nabi saw bersabda, “Tidaklah dianggap sebagai seorang mukmin bagi orang yang suka memfitnah, mengutuk, serta berkata keji dan kotor.” Ucapan yang keji timbul akibat kedengkian dan niat hati yang buruk. Seyogyanyalah seorang guru menghindari mengucapkan kata keji dan kotor apalagi terhadap anak didiknya, yang kemungkinan besar akan ditiru oleh anak didiknya.
11.    Meminta Bantuan Orang Lain
Allah swt berfirman,  “ Dan bermusyawarahlah dengan mereka dalam urusan itu”. (Ali Imran : 159).  Ayat ini menjelaskan bahwa memusyawarahkan suatu persoalan yang memang membutuhkan musyawarah, pandangan dan pemikiran. Karena biar bagaimana pun dalam bermusyawarah terdapat banyak manfaat, baik dalam hal agama maupun duniawi. Musyawarah dapat menjernihkan pikiran dan akal dipergunakan sebagaimana mestinya, sehingga bermusyawarah dapat menyebabkan akal seseorang menjadi terasah. Meminta pendapat memberikan manfaat dan mengantarkan orang tersebut mendapatkan pendapat yang benar. Ketika seorang guru madrasah menghadapi masalah yang pelik dan rumit terhadap seorang maupun sebagian muridnya. Hal ini membutuhkan kecerdasan dalam mencari akar masalah dan mencari solusinya.  Sang guru hendaknya tidak malu bertanya kepada yang lain  mengetahui sesuatu yang sulit dipahami atau sulit didapatkan solusinya. Bermusyawarah sedikitpun  tidak akan merendahkan derajat seseorang atau mengurangi kehormatannya. Bahkan tindakan tersebut akan menunjukkan betapa akal dan kecerdasan seseorang dapat dikatakan sempurna.
C.      PENUTUP
Figur seorang guru madrasah merupakan tokoh sentral dalam dunia pendidikan. Ia merupakan panutan dan suri tauladan bagi anak didiknya. Apapun yang dilakukan oleh  seorang guru akan diikuti dan ditiru oleh mereka. Karena itulah diperlukan seorang guru madrasah yang memiliki karakter  baik amal dan tingkah laku yang baik berdasarkan Al Qur’an dan Sunnah. Karakter guru madrasah yang baik itulah diharapkan  mendukung proses pembelajaran dan membantu membentuk generasi mendatang yang karakternya yang lebih baik.  

DAFTAR PUSTAKA

-------------, 2010
Asy Syaaami Ahmad Shaleh, 2005. Berakhlak dan beradab Mulia, Gema Insani, jakarta
Syalhub Asy Fuad, 2006. Guruku Muhammaf SAW, Gema insane , Jakarta
Thalib, M. 1996, 50 Pedoman mendidik Anak Mejadi Shaleh. Irsyad Baitus salam . bandung