- Home »
- Berita Pendidikan , Buat Portofolio Guru , ilmu al-qur'an dan as-sunnah , Kisi-kisi dari Pemerintah , Madrasah islam Pertama , madrasah pertama 1959 , Profil Kami , Sinau , YaBakii »
- MEMBANGUN KARAKTER GURU MADRASAH SESUAI AL QUR’AN DAN SUNAH
Designed by > Kang Fauzan
On Senin, 14 Januari 2013
Guru madrasah merupakan pekerjaan mulia. Ia
sebagai sosok yang dapat menjadi suri tauladan bagi peserta didiknya. Karena
itulah diperlukan karakter seorang guru yang baik sesuai tuntunan Al qur’an dan
sunnah. Guru madrasah yang seperti inilah dapat mengajarkan ilmu dan amalnya
secara totalitas sehingga pembelajaran semakin optimal.
Karakter guru madrasah yang sesuai Al Qur’an dan
Sunnah diantaranya : mengikhlaskan ilmu yang diajarkannya, kejujuran, kesesuain
kata dan perbuatan, adil 7 egaliter, sopan santun, ketawadhuan, keberanian,
penuh canda, sabar dna menahan amarah, menghindari ucapan kotor dan keji serta
meminta bantuan orang lain.
Dari karakter guru madrasah yang sudah terbentuk
sesuai Al Qur’an dan Sunnah ini diharapkan dapat memberikan nuansa baru dalam
membentuk karakter anak didik yang lebih baik dimasa datang. Sehingga mereka
tidak kehilangan figur yang dapat ditiru dan diteladani dalam bersikap, amal dan
perbuatan di kehidupan mereka.
Kata kunci : karakter, guru madrasah, Al Qur’an,
Sunnah
A.
PENDAHULUAN
Tidak ada pekerjaan yang lebih mulia
dari pada pekerjaan sebagai guru atau pengajar. Pekerjaan guru mengajarkan ilmu
yang bermanfaat bagi anak didiknya di madrasah , tentunya diperlukan keikhlasan.
Jika guru madrasah mengikhlaskan amalnya karena Allah swt, maka akan memberikan
manfaat kepada anak didiknya serta dengan amalnya itu mengajarkan kebaikan
kepada mereka.
Tugas guru madrasah tidak terbatas
pada penyampaian materi kepada anak didik. Akan tetapi, guru haruslah memiliki
tugas yang sulit dan berat, namun sekaligus mudah bagi mereka yang dimudahkan
oleh Allah swt. Dalam melaksankan tugasnya ini seorang guru madrasah dituntut
memiliki karakter yang baik sehingga dapat menjadi tauladan bagi anak didiknya.
Diantara karakter yang harus dimiliki oleh seorang guru haruslah mengacu pada
Al Qur’an dan Sunnah, diantaranya sabar, amanah, ikhlas, dan penuh perhatian
kepada orang-orang yang didiknya. Dari karakter guru inilah diharapkan mampu
mempengaruhi perkembangan jiwa dan perilaku peserta didik menjadi lebih baik di
masa yang akan datang.
B.
KARAKTER GURU MADRASAH SESUAI AL QURAN DAN SUNAH
Figur seorang guru madrasah sangat
menentukan terhadap pembentukan jiwa peserta didik. Sudah barang tentu
diperlukan karakter guru yang memberikan keteladan bagi anak didik, sehingga
nantinya mereka dapat mencontoh dan meniru karakter guru yang baik. Adapun
karakter guru yang baik seuai Al Qur’an dan sunnah diantaranya sebagai berikut :
1.
Mengikhlaskan Ilmu kepada Allah
Seorang guru madrasah diharapkan
memiliki karakter mengikhlaskan ilmu dan amal yang dilakukan hanya kepada Allah.
Jika ilmu yang diajarkan tidak ikhlas sehingga yang memiliki dan yang
mengajarkannya tidak bisa mengambil manfaat apa-apa. Hal ini karena pelakunya
tidak mengikhlaskan ilmu dan amalnya dan tidak menjadikannya di jalan Allah.
Tujuan mereka semestinya memberikan manfaat bagi saudara sesama muslimnya
dengan ilmu, pengetahuan dan amalnya. Namun tujuan itu dapat menjadi tergeser
untuk mendapatkan kedudukan, pangkat dan sejenisnya. Memang benar bahwa
terkadang mereka bisa mengambil manfaat dengan ilmu pengetahuannya di dunia
berupa pujian sanjungan dan sejenisnya. Namun semua itu akhirnya akan hilang.
Menurut hadits diriwayatkan Abu
Hurairah r.a, Nabi s.a.w. bersabda :
‘Seorang laki-laki yang mempelajari suatu ilmu dan
membaca Al Qur’an dibawa dan ditampakkan kepadanya nikmat-nikmatnya. Dan ia
mengenalnya. Kemudian ia ditanya, ‘ Apa yang telah kamu perbuat sehingga
mendapatkan nikmat-nikmat itu?’ Ia menjawab, “Aku telah mempelajari suatu ilmu
dan mengajarkannya. Dan aku telah membaca Al Qur’an demi kamu.” Kata Allah, “
kamu bohong. Kamu mempelajari ilmu supaya kamu dipanggil alim. Dan kamu membaca
Al Qur’an supaya disebut qari”. Sungguh telah dikatakan , “Kemudian
diperintahkan kepadanya lalu di seret dengan muka di tanah, hingga kemudian
dilemparkan ke neraka”.
Oleh karena itu sudah sepatutnya
para guru madrasah menanamkan karakter mengikhlaskan ilmu dan amal kepada Allah,
serta mencari pahala dan balasan dari Allah ke dalam jiwa anak-anak didik
mereka. Kemudian jika mendapatkan pujian dan sanjungan dari orang-orang, maka
itu adalah anugerah dan nikmat dari Allah yang patut disyukuri.
2.
Kejujuran
Sesungguhnya jujur bagi seorang guru adalah mahkota
yang , menghiasi kepalanya. Jika ia kehilangan sifat jujur, maka ia kehilangan
kepercayaan manusia terhadap ilmu dan pengetahuan yang disampaikannya kepada
mereka. Jika mereka mengetahui kebohongan gurunya dalam beberapa hal, maka akan
berimbas langsung kepadanya dan menyebabkan jatuhnya di depan murid-muridnya.
Allah sangat memuji orang-orang
mukmin yang jujur seperti dalam firman-Nya, “ Hai orang-orang yang beriman,
bertakwalah kepada Allah dan hendaklah kamu bersama orang-orang yang sabar.” (At
Taubah : 119). Seorang guru madrasah yang jujur akan membawa kebaikan dan
mengantarkannya masuk ke dalam surga, seperti sabda Rasulullah, “ Sesungguhnya
jujur membawa kepada kebaikan. Dan kebaikan akan membawa ke surge. Ada orang
yang jujur dan selalu bersikap jujur, hingga ditulis di sisi Allah sebagai orang
yang selalu jujur. Dusta membawa kepada perbuatan keji. Dan perbuatan keji
membawa ke neraka. Ada orang yang berkata dusta dan senantiasa bersikap dusta
sehingga di catat di sisi Allah sebagai pendusta”.
Kejujuran seorang guru madrasah
membuat peserta didik percaya kepadanya dan kepada apa yang ia ucapkan. Hal itu
juga menyebabkannya dihormati di kalangan para guru dan mengangkat harga dirinya
dalam pekerjaannya itu. Kejujuran seorang guru madrasah tampak dalam pelaksanaan
tugas yang diembannya, diantaranya adalah mentransformasi pengetahuan secara
utuh dilengkapi fakta dan bukti kepada generasi yang akan datang. Apabila
seorang guru tidak bersikap jujur, maka ia akan mentransformasikan ilmu secara
tidak lengkap dan sepotong, fakta dan bukti yang diungkap berbeda dengan
deskripsi yang seharusnya.
3.
Kesesuaian Perkataan dan Perbuatan.
Seorang guru madrasah adalah orang pertama yang harus
melaksanakan apa yang akan diperintahkan kepada anak didik. Hal tersebut
disebabkan ia adalah sosok panutan yang akan diikuti. Para murid akan meniru
perilaku karakter darinya. Ini sesuai firman Allah s.w.t, “ Hai orang-orang
yang beriman, mengapa kalian mengatakan apa yang tidak kalian perbuat? Amat
besar kebencian disisi Allah bahwa kalian mengatakan apa-apa yang tiada kalian
kerjakan”.
Tidak ada manfaat apapun yang dapat
diambil dari seorang guru yang ucapannya berlawanan dengan perbuatannya.
Ketidakkonsistenan sikap guru seperti itu, jika dilihat oleh murid hanya akan
menimbulkan kebingungan besar baginya. Manakah yang benar perkataan ataukah
perbuatannya dimana saling bertentangan, serta makah yang harus diikuti.
4.
Adil dan Egaliter.
Allah swt berfirman, “Sesungguhnya
Allah menyuruh (kamu) berlaku adil dan berbuat kebajikan, memberi kepada kaum
kerabat, dan Allah melarang dari perbuatan keji, kemungkaran dan permusuhan. Dia
memberi pengajaran kepadamu agar kamu dapat mengambil pelajaran”. Ayat ini
menyuruh kita agar berbuat adil kepada diri sendiri dan hamba-hambanya. Termasuk
seorang guru madrasah diharapkan mampu berbuat adil terhadap murid-muridnya.
Guru akan menghadapi kondisi yang beragam berkenaan murid-muridnya, baik itu
berupa pembagian tugas dan kewajiban. Guru mampu memberikan nilai yang adil,
tidak mengistimewakan sebagian peserta didiknya baik karena kedekatan, lebih
mengenal, maupun karena sebab lainnya. Karakter seperti ini seperti ini
dikatagorikan dzalim yang tidak di ridhai oleh Allah swt.
Karakter tidak adil dari seorang
guru madrasah, seperti membeda-bedakan murid akan berakibat timbulnya
perpecahan, ketidakharmonisan, permusuhan, dan kebencian di antara murid-murid
yang ada. Selain itu, juga akan mengakibatkan terciptanya jurang pemisah yang
sangat dalam antar seorang guru dan murid yang diperlakukan berbeda dengan
murid lainnya. Seorang guru harus bersikap adil terhadap murid-muridnya agar
timbul rasa persaudaraan dan kecintaan di antara mereka.
5.
Sopan Santun.
Ucapan yang baik dan tindakan
terpuji yang dilakukan oleh seorang guru akan membekas pada jiwa setiap orang.
Hal ini juga dapat menghilangkan kebencian dan kedengkian dari hati seseorang.
Ucapan yang tercermin pada wajah seseorang guru akan berdampak positif ataupun
negatif pada diri seorang murid. Hal ini disebabkan karena keceriaan dan
keramahan raut muka melembutkan jiwa dan menyenangkan siapapun yang
memandangnya.
Seperti Rasulullah merupakan
gambaran manusia yang memiliki sopan santun yang sangat luhur, yang sesuai
dengan firman Allah swt, “Dan sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti
luhur.” Ini menggambarkan kita mencontoh perilaku beliau sebagai sosok manusia
yang sopan, mudah memaafkan, penuh toleransi, lembut dan penyayang kepada
umatnya.
Kesopansantunan seorang guru
madrasah merupakan sarana untuk mengajar dan mendidik anak. Karena seorang murid
biasanya akan bersikap seperti sikap gurunya. Ia akan lebih meniru sikap seorang
guru daripada sikap orang lain. Jika seorang guru madrasah memiliki sikap yang
terpuji, maka sikapnya itu akan berdampak positif bagi muridnya. Dalam jiwanya
akan terpatri hal-hal yang tidak akan dapat dilakukan mesti dengan
berpuluh-puluh nasihat dan pelajaran.
6.
Ketawadhuan.
Tawadhu merupakan karakter harus
merendahkan hati, utamanya di sisi Allah sebgai wujud penghambaan ,
ketidaksempurnaan diri, dan lemah dihadapan-Nya. Adapun sikap rendah hati (lemah
lembut) dihadapan sesama makhluk hanya boleh ditunjukkan dihadapan orang-orang
mukmin, Allah swt, berfirman , “ Yang bersikap lemah lembut terhadap orang-orag
mukmin, yang bersikap keras (tegas) terhadap orang-orang kafir”. (Al Maai’dah :
54).
Seorang guru madrasah dibutuhkan
memiliki karakter tawadhu ini agar sukses berhubungan dengan Allah dan
masyarakatnya. Guru dituntut dalam menyampaikan ilmu, mengajar dan menasehati,
berinteraksi langsung pada muridnya dan kedekatannya dengan mereka. Jika seorang
guru memiliki karakter tawadhu ini, akan memudahkan murid untuk bertanya,
berdiskusi. Dengan karakter tawadhu ini membuat sang guru terhindar dari jiwa
yang sombong, pemaksa dan sewenang-wenang berbuat. Ini sesuai sabda Rasulullah ,
“ Sesungguhnya Allah mewahyukan agar kalian bersikap tawadhu hingga salah
seorang (dari kalian) tidak berbangga diri dihadapan lainnya, dan agar salah
seorang dari kalian tidak bertindak sewenang-wenang terhadap yang lain.”
Karakter tawadhu berlawanan dengan
karakter takabur. Seorang guru madrasah yang sombong tidak akan mampu mencapai
tujuan pendidikan. Dengan ketakaburannya ia juga tidak akan dapat mengetahui
sejauh mana hasil yang telah dicapainya. Hal ini disebabkan dirinya jauh dari
para muridnya. Ia tidak dekat dengan mereka. Padahal dengan kedekatan tersebut,
ia dapat mengetahui problem dan permasalahan-permasalahan yang sedang dihadapi
mereka dan hal-hal apa saja yang menghambat tercapainya tujuan pendidikan
sebagaimana yang telah digariskannya.
7.
Keberanian
Keberanian yang dimaksud di sini adalah keberanian
dalam berkata-kata, keberanian untuk mengakui kesalahan dan kelemahan diri. Ini
bertentangan dengan karakter seperti penipu, pengecut dan menghindar dari
kesalahan, dan sebaiknya guru menghindari karakter tersebut. Sebagamana
dicontohkan rasulullah sebagai berikut :
Rafi’ bin Khudaij berkata, “Rasulullah datang ke kota
madinah sedang mereka (penduduk madinah) sedang mengawinkan tanaman kurma. Ada
yang menyebut sedang melakukan penyerbukan pohon kurma. Beliau kemudian
bertanya. ‘Apa yang sedang kalian lakukan?’ Mereka menjawab, ‘Kami sedang
melakukan hal ini’. Beliau kembali berkata, ‘ Sepertinya jika kalian tidak
melakukan hal itu akan lebih baik bagi kalian’. Mereka kemudian meninggalkan
pekerjaan tersebut. Hingga akhirnya hasil kurma berkurang.’ Lalu Abu Rafi’
berkata, “mereka kemudian mengadukan hal tersebut kepada rasulullah. Maka
rasulullah bersabda,’ Sesungguhnya akan adalah manusia biasa. Jika aku
memerintahkan kepada kalian sesutau yang berkeanan dengan agama kalian, maka
ikutilah perintah itu. Akan tetapi jika aku memerintahkan kalian atas dasar
pendapatku sendiri, maka sesungguhnya aku adalah manusia biasa.’ Pada sebagian
riwayat lain disebutkan, ‘Kalian lebih mengetahui persoalan dunia kalian’.
Hadits ini menggambarkan Rasulullah
sebagai manusia biasa, beliau mengakui kelemahan yang adab pada dirinya seorang
manusia berupa kealpaan, kesalahan dan lainnya. Adapun menyangkut persoalan
syariat, tidak diperkenankan adanya kesalahan pada diri beliau. Sikap ini
menambah kemulian dan harkat beliau dan tidak mengurangi kedudukan beliau.
Seorang guru madrasah dengan tugas
dan sifat kemanusiannya mungkin saja akan berada diposisi seperti di atas. Jika
apa yang dikatakan oleh seorang guru keliru dalam suatu hal, kemudian ada salah
seorang muridnya akan menegur kesalahannya. Dan guru tersebut ternyata memang
telah keliru. Guru tersebut akan segera berterima kasih kepada muridnya dan
mengakui salahannya, tanpa harus berkelit dan memutarbalikkan fakta sampai
murid-muridnya itu menyakini kebenaran apa yang dikatakannya.
8.
Canda Guru kepada Murid
Abu Hurairah r.a berkata, “Orang-orang berkata “ Wahai
Rasulullah, engkau mencandai kami?’. Beliau menjawab, ‘Ya akan tetapi aku tidak
mengatakan sesuatu kecuali yang benar”. Ini menggambarkan Rasulullah melakukan
senda gurau dengan muridnya. Senda gurau yang benar tentunya dilakukan sesekali
saja, yaitu untuk menghibur dan menarik perhatian pendengar. Namun senda gurau
tersebut tidak berlebihan dan terus menerus yang menimbulkan canda tawa yang
dapat memalingkan hati dari Allah swt. Ini menghindari agar senda gurau berubah
menjadi suatu yang menyakiti orang lain, menimbulkan sifat dengki, dan
menjatuhkan wibawa serta kehormatan orang lain.
Dalam diri seorang guru madrasah
diharapkan memiliki sifat humoris, sehingga ia sekali memasukkan anekdot dalam
menyampaikan pelajarannya. Hal ini dimaksudkan agar dapat menghindari rasa
bosan dan jenuh yang sering kali muncul dalam suasana kelas disebabkan karena
pelajaran yang selalu bersifat monoton. Selain itu ankedot juga dapat
menyegarkan akal dari rasa lelah dalam menyerap penjelasan sang guru. Anekdot
dapat memberi ruang bagi guru untuk sedikit beristirahat. Ia juga dapat
menyegarkan otak dan memberikan semangat baru untuk dapat melanjutkan proses
penyerapan ilmu yang disampaikan dan mengubah suasana kelas yang sering kali
dihinggapi suasana hampa. Namun diharapkan dalam senda gurau mengucapkan ucapan
kecuali kebenaran, tidak menyakiti hati dan tidak berlebih-lebihan.
9.
Sabar dan Menahan Amarah
Karakter sabar merupakan pengendalian/mencegah dan
menahan diri sebagai cermin kepribadian yang sangat mulia dan jiwa dan bersih.
Ketahanan mengendalikan amarah adalah sebuah tanda kekuatan seorang guru.
Kesabaran bukanlah tanda kelemahan seseorang. Terlebih lagi jika guru tersebut
mampu menuntaskan apa yang ia ingin dicapai. Rasulullah pernah bersabda, “
kekuatan itu bukanlah dengan kekerasan. Akan tetapi, kekutan itu adalah otang
yang dapat menguasai dirinya ketika diliputi amanah”.
Kaitannya dengan proses pendidikan,
kita ketahui bahwa seorang guru madrasah pasti akan berinteraksi dengan
individu-individu yang memiliki karakter beragam. Mereka juga memiliki pola
pikir yang berbeda-beda. Diantara mereka ada yang baik dan ada pula yang lemah.
Ditambah lagi dengan tugas sebagai seorang guru yang harus melakukan aktifitas
pembaruan, perbaikan dan pengajaran yang terus menerus setiap harinya.
Aktifitas tersebut harus diikuti dengan problamatika para murid yang terjadi
secara terus-menerus dan tugas-tugas seorang guru lainnya. Semua hal tersebut
mengharuskan adanya kesabaran seorang guru dalam menghadapinya. Kesabaran
bukanlah barang yang mudah didapat. Akan tetapi, ia membutuhkan latihan yang
sangat panjang dari seorang guru agar ia terbiasa, hingga sifat itu benar-benar
terpatri pada dirinya.
10.
Menghindari Ucapan Kotor dan Keji.
Seorang guru merupakan sosok teladan
yang diikuti jejak dan langkahnya. Dimana seorang guru diharapkan menghindari
ucapan keji, umpatan, dan menghina orang lain termasuk anak didiknya. Jika
karakter jelek ini ada dalam seorang guru merupakan bencana besar. Karena
bagaimanapun seorang murid akan mencontohkan gurunya. Baik hal yang bersifat
positif maupun negatif. Karakter yang harus dihindari sebagai berikut :
a.
Hinaan
Nabi saw pernah bersabda, “Seseorang itu akan dihisab
dari perbuatan buruknya, yaitu orang yang menghina saudara muslimnya”. Orang
yang menghina merasa dirinya lebih baik. Padahal bisa jadi orang yang dihina
lebih baik dan lebih mulia dari orang yang dihina
b.
Kutukan dan Umpatan
Dari Abdullah bin Mas’ud r.a, bahwa Rasulullah pernah
bersabda, “Umpatan kepada seorang muslim adalah perbuatan fasik, sedangkan
membunuhnya dianggap kufur.” Hadits ini menggambarkan bahaw betapa agungnya hak
seorang muslim. Orang yang yang mengumpatnya tanpa didasari dengan kebenaran
dianggap sebagai perbuatan fasik.
c.
Ucapan Keji dan Kotor
Dari Abdullah bin Mas’ud, bahwa Nabi saw bersabda,
“Tidaklah dianggap sebagai seorang mukmin bagi orang yang suka memfitnah,
mengutuk, serta berkata keji dan kotor.” Ucapan yang keji timbul akibat
kedengkian dan niat hati yang buruk. Seyogyanyalah seorang guru menghindari
mengucapkan kata keji dan kotor apalagi terhadap anak didiknya, yang kemungkinan
besar akan ditiru oleh anak didiknya.
11.
Meminta Bantuan Orang Lain
Allah swt berfirman, “ Dan bermusyawarahlah dengan
mereka dalam urusan itu”. (Ali Imran : 159). Ayat ini menjelaskan bahwa
memusyawarahkan suatu persoalan yang memang membutuhkan musyawarah, pandangan
dan pemikiran. Karena biar bagaimana pun dalam bermusyawarah terdapat banyak
manfaat, baik dalam hal agama maupun duniawi. Musyawarah dapat menjernihkan
pikiran dan akal dipergunakan sebagaimana mestinya, sehingga bermusyawarah dapat
menyebabkan akal seseorang menjadi terasah. Meminta pendapat memberikan manfaat
dan mengantarkan orang tersebut mendapatkan pendapat yang benar. Ketika seorang
guru madrasah menghadapi masalah yang pelik dan rumit terhadap seorang maupun
sebagian muridnya. Hal ini membutuhkan kecerdasan dalam mencari akar masalah dan
mencari solusinya. Sang guru hendaknya tidak malu bertanya kepada yang lain
mengetahui sesuatu yang sulit dipahami atau sulit didapatkan solusinya.
Bermusyawarah sedikitpun tidak akan merendahkan derajat seseorang atau
mengurangi kehormatannya. Bahkan tindakan tersebut akan menunjukkan betapa akal
dan kecerdasan seseorang dapat dikatakan sempurna.
C.
PENUTUP
Figur seorang guru madrasah
merupakan tokoh sentral dalam dunia pendidikan. Ia merupakan panutan dan suri
tauladan bagi anak didiknya. Apapun yang dilakukan oleh seorang guru akan
diikuti dan ditiru oleh mereka. Karena itulah diperlukan seorang guru madrasah
yang memiliki karakter baik amal dan tingkah laku yang baik berdasarkan Al
Qur’an dan Sunnah. Karakter guru madrasah yang baik itulah diharapkan mendukung
proses pembelajaran dan membantu membentuk generasi mendatang yang karakternya
yang lebih baik.
DAFTAR PUSTAKA
-------------, 2010
Asy Syaaami Ahmad Shaleh, 2005. Berakhlak dan beradab
Mulia, Gema Insani, jakarta
Syalhub Asy Fuad, 2006. Guruku Muhammaf SAW, Gema
insane , Jakarta
Thalib, M. 1996, 50 Pedoman mendidik Anak Mejadi Shaleh.
Irsyad Baitus salam . bandung